Berlaku Bijak Setelah Membaca Dengan Mengirimkan Komentar

Selasa, 12 Juni 2012

Siksaan Menuju Pantai Anyer

Sabtu, 9 Juni 2012. Mengisi weekend bersama teman yang sedang liburan dari kota Banjarmasin, kami berdua telah jauh2 hari berencana pergi ke Anyer.


Perjuangan ke Anyer tidak bisa dibilang mudah jika menggunakan sepeda motor. Perjalanan terasa seperti menyiksa diri dengan banyaknya jalanan yang rusak parah sepanjang perjalanan dari Kota Tangerang menuju Anyer.


Pagi hari, jam 8.30 kami berangkat dari Cimone melalui jalur trans Jakarta-Merak. Cobaan pertama adalah macet karena adanya pasar tumpah di Cikupa, ditambah cuaca yang mulai panas. Dan selanjutnya kami menemui banyak jalanan rusak sepanjang kabupaten Tangerang, seperti di Balaraja, Jayanti, dan Cikande yang cukup membuat sakit pinggang pengendara roda dua.


Cobaan kami bukan hanya jalanan yang rusak parah, tapi juga truk-truk raksasa sekelas Optimus Prime di film Transformers juga sedikit banyak memperlambat perjalanan kami.


Memasuki kabupaten Serang, kondisi jalanan sangat jauh berbeda. Jalan raya di sana sangat mulus, aspal yang bagus seperti jalanan di Bandara Soekarno-Hatta. Di jalanan ini kami bisa melaju dengan kecepatan diatas 80Km/h meski tetap ada truk-truk raksasa yang mengiringi perjalanan kami.


Memasuki kota Serang perjalanan sedikit tersendat karena pengalihan jalur, sepertinya ada demo dekat RSUD Serang. Di Serang kami menyempatkan untuk mengisi full bensin New Jupiter Z 115cc dan istirahat sejenak.


Lanjut perjalanan, kami akhirnya memasuki kota Cilegon. Jalan utama di sini cukup padat, kami harus meliuk-liuk untuk melalui kemacetan sampai akhirnya terpampang plang yang memisahkan dua arah, kanan menuju Merak, sedangkan kami mengambil arah kiri menuju Anyer.


Jalan raya Anyer, di sinilah puncak segala penderitaan. Jalanan di sini dipenuhi truk2 raksasa, ban-ban berukuran jumbo yang mengangkat debu-debu jalanan yang rusak parah, dan mau tak mau kami harus berjibaku melewati jalanan rusak tersebut sampai akhirnya kita sampai di pantai pasir putih Sirih, Anyer.


Biaya masuk cuma 15 ribu untuk kami berdua termasuk motor yang menemani perjalanan kami.

Pantainya landai, namun tak seputih namanya. Pasir pantainya lebih coklat kehitaman, seperti biji besi. Ombaknya pun tidak terlalu besar. Di pantai kami tidak lama berenang, mungkin hanya sekitar satu jam saja. Kemudian kami berbenah untuk kembali ke Tangerang.


Perjalanan pulang kami mencoba mencari jalur alternatif menghindari jalanan daerah industri Anyer yang rusak parah.

Bermodal google maps di handphone android yang kami miliki, kami mulai gambling untuk masuk jalanan kampung yang membelah perbukitan. Jalanan ini sangat tenang, kami melewati hutan dan perkampungan. Namun sering kami jumpai kendaraan plat B yang juga melewati jalur ini. Namanya Jalan Palka, jalanan ini tembus sampai kota Serang melalui Padarincang. Kami merasa damai melewati jalan ini, meskipun kampung tapi kondisi jalannya cukup baik dan tentu saja tidak bertemu truk-truk besar lagi.


Sampai lampu merah di Serang, kami terus lurus melewati Jalan Palima, di sana terletak pusat pemerintahan provinsi Banten. Jalan Palima ini tembus ke jalan raya Jakarta di kabupaten Serang. Masuk ke Kabupaten Tangerang dan bertemu kembali dengan jalan rusak dan kemacetan.

Dan akhirnya kami sampai di kota Tangerang.


Kesimpulan, selama 7 jam lebih kami disiksa sepanjang jalan, tak terbayar oleh pemandangan pantai Anyer yang kami nikmati tidak lebih dari 3 jam. Pinggang sakit dan kapok untuk mengarungi jalanan non tol menuju Anyer sampai kondisi jalanannya baik. Huft.


Published with Blogger-droid v2.0.4